![](https://kampungpasarmodal.com/upload/11ca21f04b-home-banner.jpg)
CLOSE
Mampukah IHSG Menembus Level Resistance 6500 Hari Ini?
Indeks pada perdagangan minggu lalu ditutup menguaat pada level 6481. Ditransaksikan dengan volume yang cukup relatif jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks ditoapng oleh Basic Materials (1.261%), Energy (1.491%), Financials (1.109%), Healthcare (0.232%), Industrials (1.597%), Infrastructures (1.134%), Consumer Non-Cyclical (0.05%), Properties & Real Estate (0.623%), Technology (0.134%), Transportation & Logistic (3.629%) kendati dibebani oleh sektor Consumer Cyclicals (-0.475%), yang mengalami pelemahan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6400 dan level resistance 6560. Bursa Wall street ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan lalu. Melemah Bursa Wall street dikarenakan data lapangan pekerjaan per september yang masih kurang memuaskan. Selain itu, investor tampaknya masih memperkirakan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan mulai mengurangi pembelian aset alias tapering off pada tahun ini. Indeks Dow Jones turun 8,69 poin menjadi 34.746,25. S&P 500 melemah sekitar 0,2% menjadi 4.391,34. Sementara, indeks sarat saham teknologi Nasdaq Composite tergerus 0,5% menjadi 14.579,54. Sentimen pertama mesti diperhatikan oleh pelaku pasar yaitu angka penjualan ritel nasional per Agustus yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Senin. sebelumnya pada Juli, penjualan ritel nasional tercatat turun 2,9%. Jika penurunan berlanjut, maka risk selera mengambil risiko (appetite investor) berpeluang terganggu. Saham ritel patut dicermati pada hari pertama pekan depan. Sentimen kedua yaitu dari AS yang akan merilis ekspektasi inflasi September. Menurut konsensus Tradingeconomics, inflasi September bakal di angka 5,3% atau meningkat dibandingkan dengan inflasi Agustus sebesar 5,2%. Jika inflasi terkonfirmasi masih tinggi, maka proyeksi bank sentral AS The Fed berpotensi mendorong bank sentral untuk mempercepat kebijakan taperingnya. Selain itu, AS akan merilis klaim tunjangan pengangguran mingguan, menjadi sentimen mayor keempat yang perlu diperhatikan. Angka klaim tunjangan pengangguran baru ini diekspektasikan membaik ke angka 315.000 jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya sebanyak 326.000 klaim. Kemudian, data stok minyak mentah dan minyak olahan AS versi Energy Information Agency (EIA) juga perlu dipantau, untuk mengetahui apakah stok di AS berkurang drastis yang mengindikasikan meningkatnya permintaan jelang musim dingin. Sentimen ketiga yaitu China akan merilis neraca perdagangan mereka per September. Neraca perdagangan China diprediksi sebesar US$ 47 miliar, turun dari posisi sebulan sebelumnya sebesar US$ 58,3 miliar. Menurut proyeksi Tradingeconomics, ekspor dan impor Negeri Panda ini diprediksi masih tumbuh di angka yang sama yakni 21%. Jika realisasinya meleset jauh, pasar bakal bereaksi negatif karena China saat ini menjadi motor pertumbuhan ekonomi kedua di dunia. Kemudian pada minggu ini, China bakal merilis inflasi per September yang diprediksi naik 0,8% secara bulanan dan 0,1% secara tahunan. Keduanya sama seperti angka inflasi pada Agustus. Kemungkinan tidak akan ada kejutan karena Negeri Tirai Bambu dikenal kuat menjaga inflasi. Sentimen keempat yaitu pada akhir pekan ini, dimana Indonesia akan merilis neraca perdagangan September, yang diprediksi bakal berujung pada angka US$ 3,9 miliar, atau melemah dari neraca perdagangan bulan Agustus sebesar US$ 4,7 miliar.
PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71
Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Website : www.erdikha.com